Friday 29 March 2013

TEORI TINGKAT SUKU BUNGA


Teori Dasar Tingkat Bunga

A.     Pengertian Tingkat Bunga
Adapun pengertian suku bunga (interest rate) (dalam Samuelson dan Nordaus, 1992)
a.       Interest adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
b.      Interest rate adalah jumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus membaya untuk kesempatan meminjam uang.
c.        Karakteristik pinjaman dari tingkat suku bunga yang berbeda dapat dilihat dari:
1.      Term or maturity Merupakan jangka waktu atau jatuh tempo, dimana mereka harus membayarnya.
2.      Risk adalah Beberapa pinjaman pada umumnya tidak beresiko, sementara yang lain mengandung tingkat inflasi spekulasi yang tinggi.
3.       Liquidity adalah Aktiva dikatakan likuid apabila dapat diubah dalam bentuk tunai (cash) secara cepat dan dengan kerugian nilai yang sedikit pula.
4.      Administrative costs adalah Biaya administrasi yang dibebankan pada para peminjam atas kelalaian dan urusan administrasi.[1]
Pengertian teori tingkat suku bunga menurut para pakar pada zaman dahulu:
1.      Keyness adalah harga yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.
Di dalam teori ini terdapat dua macam investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk uang tunai. Keyness mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional, meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga.
2.      Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
3.      Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
4.      Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu.
5.      Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
6.       Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.[2]

B.     Tipe Suku bunga
Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1.      Real interest rate
Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real rate = Nominal rate – Rate of inflation
2.        Nominal interest rate.
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.
C.     Pengukur Tingkat Bunga
Instrumen pasar utang dibagi menjadi empat jenis yaitu, pinjaman sederhana, pinjaman dengan pembayaran tetap, obligasi kupon dan obligasi tampa kupon atau obligasi diskonto. Keempat instrumen pasar utang ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat bunga. Ingkat bunga pasar utang berbeda dengan tingkat bunga bank sentral karena tingkat bunga bank sentral merupakan salah satu instrumen kebijakan ekonomi moniter, tetapi tigkat bunga bank sentral terintegrasi dengan tingkat bunga pasar utang.
1.      Pinjaman sederhana
Adalah sejumlah pinjaman debitur yang dibayar kembali pada waktu jatuh tempo ditambah bunga pinjaman. Dari pinjaman sederhana tingkat bunga dihitung adalah sebagai berikut:
Misalkan bank membuat pinjaman sederhana terhadapt pelanggan atau debitur bank dengan senilai Rp.100 juta dengan waktu jatuh tempo 1thn. Debitur atau pelanggan bank tersebut membayar kembali pinjaman  ditambah bunga sebesar Rp 110 juta sesudah 1thn, berdasarkan persamaan tingkat bunga dari pinjaman tersebut adalah 10% pertahun.
2.      Pinjaman bayaran tetap
Adalah sejumlah pinjaman debitur yang dibayar setiap periode ditambah bunga pinjaman dengan jumlah tetap, biasanya perbulan. Masalah dalam pinjaman pembayaran tetap adalah menentukan pembayaran tetap awal tahun .
3.      Obligasi kupon
Adalah penerbit atau penjual obligasi membayar bunga tetap  (coupon payment) kepada pemegang obligasi setiap tahun dan nilai nominal pada waktu jatuh tempo.
4.      Obligasi  diskonto atau tampa kupon
Adalah obligasi tampa kupon yang dibeli dibaawah harga nominal dan dibayar lagi sebesar nilai nominal sesudah jatuh tempo. [3]
D.    Strukur Risiko Tingkat Bunga
Tingkat bunga berbeda pada katagori obligasi yang berbeda dari satu priode kepriode berikutnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi Fenomina Fluktuasi yaitu:
1.      Resiko kegagalan
Adalah kemungkinan obligasi gagal jual karena ketidak sanggupan penerbit obligasi membayar bunga atau  pembayaran nilai nominal obligasi pada saat jatuh tempo. Obligasi yang tidak memiliki kegagalan disebut dengan obligasi bebas resiko kegagalan, yaitu obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah merupakan obligasi bebas resiko karena pemerintah dapat menigkatkan pajak atau menerbitkan obligasi baru untuk membayar obligasi jatuh tempo bilamana keuangan pemerintah mengalami defisit perbedaan antara tingkat bunga obligasi resiko dengan obligasi bebas resiko disebut premi risiko. Jika obligasi identik, waktu jatuh tempo sama, maka pengaruh resiko kegagalan terhadapt tingkat bunga terjadi melalui proses mekanisme harga obligasi.
2.      Likuiditas
Penurunan likuiditas obligasi perusahaan karena sulit diperdagangkan dan biaya penjualan naik mengakibatkan penurunan permintaan. Harga obligasi turun dan tingkat bunga obligasi naik. Pada saat yang sama permintaan obligasi pemerintah naik, akibatnya harga obligasi naik dan tingkat bunga obligasi turun.
3.      Pajak pendapatan
Pajak pendapatan dibebankan pada pendapatan kupon obligasi perusahaan, sebaliknya pajak pendapatan tidak dibebankan pada pada pendapatan kupon  obligasi pemerintah. Pembebanan pajak pendapatan pada obligasi perusahaan akan menurunkan pemerintahan akibatnya harga obligasi turun dan tingkat bunga obligasi naik. Pada saat yang sama, pemerintaan obligasi pemerintah naik, harga obligasi pemerintah naik, dan tingkat bunga obligasi turun
Misalkan, obligasi perusahaan mempunyai kupon 8 persen dan obligasi regional (monicipal bond atau regional bond) mempunyai kupon 6 %, dengan nilai nominal kedua obligasi masing masing Rp 100 juta. Jika tingkat pendapatan kupon sebesar 30 %  maka pendapatan obligasi perusahaan adalah 5,6 juta sedangkan pendapatan kupon obligasi regional adalah 6 juta. Jika permintaan obligasi regional naik, harga obligasi regional naik, dan tingkat bunga obligasi regional turun. Sebaliknya jika permintaan obligasi perusahaan turun, harga obligasi perusahaan turun, dan tingkat bunga obligasi perusahaan naik.[4]
E.     Setruktur Tingkat Bunga
Hasil satu kelompok obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda tetapi risiko sama disebut kurva hasil (yield curve), yaitu deskripsi struktur tingkat bunga untuk obligasi tertentu. Kurva hasil dapat diklasifikasikan sebagai kurva hasil naik, kurva hasil datar, dan kurva hasil turun (inverted yied curve). Jika kurva hasil naik maka tingkat bunga jangka panjang diatas tingkat bunga jangka pendek. Jika kurva hasil datar tingkat bunga jangka panjang sama dengan tingka bunga jangka pendek. Sebaliknya kurva hasil turun menjelaskan bahwa tingka bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang. Mengapa kurva hasil naik, datar dan turun ? ada beberapa jawaban untuk masalah ini, yaitu:
1.      Tingkat bunga obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda bergerak secara bersama sama pada waktu tertentu.
2.      Pada waktu tingkat bunga jangka pendek rendah kurva hasil cenderung naik, dan pada waktu tingkat bunga jangka pendek tinggi kurva hasil cenderung turun dan menjadi kurva hasil turun.
3.      Kurva hasil cenderung mempunyai kemiringan positif menurut imformasi beberapa laporan keuangan.
Hubungan antara tingkat bunga pada obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda direfleksikan oleh pola kurva hasil. Ada tiga teori yang menjelaskan refleksi pola kurva hasil, yaitu:
1.      Teory ekspektasi murni (pure exspectation theory)
Teory ini dari struktur tingkat bunga mengatakan bahwa tinkat bunga jangka panjang akan sama dengan rata-rata tingkat bunga jangka pendek. Asumsi dibalik teori ini adalah bahwa investor tidak suka memegang obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda, sehingga ia akan memegang obligasi dengan waktu jatuh tempo yang sama tetapi tingkat pengembaliannya (imbal hasil) lebih rendah. Dua atau lebih obligasi dengan karakteristik waktu jatuh tempo berbeda tetapi tingkat pengembaliaannya sama dengan obligasi susbtitusi sempurna.
2.      Teori segmentasi pasar (market segmentation theory)
Teori ini dari struktur tingkat bunga obligasi jatuh berbeda dapat dipisahkan atau segmentasikan secara sempurna. Tingkat bunga setiap obligasi ditentukan oleh permintaan dan penawaran obligasi itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh spektasi imbal dari hasil dari obligasi lainnya serta tidak ada substitusi. Artinya investor mempunyai refrensi atau pilihan tertentu terhadap suatu obligasi  karena ekspektasi imbal hasil obligasi itu sendiri. Seorang investor akan lebih suka terhadap obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat karena resiko tingkat bunga akan lebih rendah.
3.      Teori premi likuiditas (liquidity premium theory)
Teori ini merupakan kombinasi dari teori ekspektasi murni dan teori segmentasi pasar, tingkat bunga jangka panjang akan sama sengan tinkat bunga obligasi jangka pendek ditambah premi liquiditas yang peka terhadapt penawaran dan permintaan obligasi. Asumsi pokok dari teori adalah bahwa obligasi dengan jatuh tempo berbeda dapat disubstitusikan secara sempurna. Artinya, ekspektasi imbal hasil dari suatu obligasi dipengaruhi ekspektasi imbal hasil obligasi lainnya.
F.       Faktor Fakor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor –faktor yang mempengaruhi besar kecilnya  penetapan suku bunga (pinjaman dan simapanan) adalah sebagai berikut.
1.      Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara pemohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara atomatis akan meninkat pula  bunga pinjaman.
2.      Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawa bunga pesaing.
3.      Kebijakan pemerintah
Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4.      Harga laba yang di inginkan
Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga ikut besar dan sebaliknya.
5.      Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besar kemungkinan resiko dimasa akan datang.
6.      Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
7.      Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risik macet  kredit dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8.      Produk yang kompetitif
Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
9.      Hubungan baik.
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan loyaritas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama biasanya mempunya hubungan yang baik denga pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10.  Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar , nama baik maupun loyaritasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankanpun berbeda.[5]
G.     Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
a.       Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b.      Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
c.        pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.[6]

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/tingkat-suku-bunga-interest-rate.html
http://www.informasiku.com/2011/04/teori-suku-bunga-dan-inflasi.html
http://www.informasiku.com/2011/04/teori-suku-bunga-dan-inflasi.html
http://husna-syakur.blogspot.com/2012/06/teory-dasar-tingkat-suku-bunga.html